Puisi berantai ini diperankan oleh 3 orang dengan karakter pertama seseorang yang sedang dimabuk asmara (pecinta). Karakter kedua seseorang yang ingin mengobarkan semangat pewartaan bagi pemuda (pewarta). Karakter ketiga seseorang yang sedang berjualan telur (penjual telur).
Berikut isi puisinya
Pecinta :
HALLO SAY...!!!
Izinkan diri ini membacakan bai-bait puisi cinta teruntuk untukmu Ono Niha
Katolik, yang berjudul Bunga Hatiku Untuk Kasihku Yang Manis”
Pewarta :
Selamat Paskah....!!
Wahai Ono Niha Katolik, semoga puisi yang akan saya bacakan bisa membangkitkan
semangat perjuangan kita dengan judul “Bangkit Atau Mati”
Penjual Telur :
luuurrr....!!! luurr.. telur...!!
Dan saya akan membacakan puisi nasib penjual telur berjudul “AKU PENJUAL TELUR”
buat saudaraku Ono Niha Katolik yang suka makan telur.
Pecinta :
Saat bulan purnama menerangi alam
Kau datang padaku sambil tersenyum manja
Ku lihat samar-samar wajahmu tertimpa cahaya rembulan
Begitu cantiknya bagaikan …
Pewarta :
Palu dan paku yang menembus tangan dan kaki Yesus.
Ia tak pernah kenal istilah takut
Walaupun serdadu banyaknya seribu kali
Pedang di kanan pentungan di kiri, berselimpang
Penjual Telur :
Telur mas telur ….!
Kubawa keliling kampung setiap hari,demi sesuap nasi
Telur merupakan bagian dalam hidupku,semua kujual
Telur ayam, telur bebek, maupun telur
Pecinta :
Paskah Onika
Kau tersenyum padaku, dan
Akupun tersenyum padamu, tanda cintaku kian meraju
Malam itu,perlahan kau dekatkan bibirmu ke telingaku
Seraya berbisik
Pewarta :
Selamat Paskah…!
Seluruh Ono Niha Katolik harus meneriakkan kata
Selamat Paskah….!
Sekali lagi Ono Niha Katolik harus meneriakkan kata
Penjual Telur :
Teluuuuuur…..teluuuuuur…..!
Begitu aku menjajakan telur setiap hari
Hujan dan panas tak menjadi rintangan
Satu-satu telur kuelus sambil berkata lirih, ayamku
Pecinta :
Aku cinta padamu sayang….!
Hatiku berbunga, kubelai rambutnya yang hitam
Perlahan, kudekatkan bibirku ke
Pewarta :
Tiang salib milik Tuhan Yesus
Harus kita hormati
Terlalu lama kita dijajah oleh dosa
Terlalu lama kita disiksa oleh keserakahan
Mulai detik ini aku harus
Penjual Telur :
Bertelur sebanyak-banyaknya
Kau telah berjasa
Kadang kuperiksa ayam-ayamku
Aku ingin mengetahui bagaimana telur dapat keluar
Kuperhatikan ayamku dengan seksama, dan
Pecinta :
Kupeluk dengan mesra
Kau mendesah dalam pelukanku
Kurapatkan erat-erat tubuhku ketubuhmu
Kemudian tubuhmu
Pewarta :
Didorong oleh seluruh Ono Niha Katolik
Dengan semangat perjuangan yang membara
Aku berada di barisan paling depan
Dengan iman di hati semua dosa kuminta
Penjual :
Plung… plung…
Keluar telurnya
Kuambil satu per satu dan kusimpan di
Pecinta :
Matamu
Terpejam dan nafasmu mendesah
Kau peluk juga aku dengan mesra
Ternyata kita sama-sama ingin saling
Pewarta :
Membangunkan semangat
Mereka yang menyerah karena putus asa
Mari…! Bertobatlah…!
Aku berteriak sambil mengangkat tinggi-tinggi
Penjual Telur :
Telurku…
Sekarang aku dalam keadaan sedih
Merenungi nasib ayamku yang sedang
Pecinta :
Dimabuk cinta…
Kita sama-sama menangis bahagia
Matamu perlahan kubersihkan dengan
Pewarta :
Sapaan paskah
sapaan akan semangat kebangkitan
Kembali kusambut Kristus yang bangkit
Dengan semangat yang sudah
Penjual :
Membusuk
Tidak laku dijual lagi
Oh telurku…. Oh ayamku
Pecinta :
Sayang…
Tidak perlu disesalkan
Tataplah mataku kembali dan kau
Pewarta : Bangun lalu mewartakan
Penjual Telur : Telurku… telurku
Pecinta :
Akan kudekatkan padamu
Tenanglah… diamlah…
Aku akan
Pewarta :
Membacakan Kitab Suci
Sambil mengucapkan
Penjual Telur : Teluuuuuuuur… teluuuuuuuur…
Pecinta : Sayangku
Pewarta : Kuajak kau sampai bergabung ! Aku masih punya banyak
Penjual Telur : Telur dan ayamku
Pecinta : Aku cinta padamu sayang
Pewarta : Sampai darah penghabisan hingga akhirnya
Penjual Telur : Bertelur lagi dan telur ayamku adalah telur
Pecinta : Kasihku ,kita kan selalu bersama untuk
Pewarta : mewartakan selamanya untuk ber
Penjual Telur : Teluuuuur… teluuuuur… begitu aku menjajakannya setiap
hari, hingga kita berkata
0 comments:
Posting Komentar