Just another free Blogger theme

Website ini memuat Tulisan, Refleksi, Katekese, dan Renungan dari Katekis Ingatan Sihura. Website ini kemudian merupakan bagian dari memaksimalkan media yang ada menjadi sarana pewartaan. Semoga bermanfaat. Ya'ahowu!

20/03/2022

Ilustrasi [Dok. Pribadi].

Pulau Nias terkenal dengan berbagai budaya tariannya yang sungguh luar biasa di samping pemandangan alam yang cukup memukau hati para pengunjung baik dari dalam negri maupun dari luar negri. Budaya tarian yang berkembang di daerah Nias sungguh menjadi satu keindahan tersendiri daerah yang diselenggarakan untuk berbagai kegiatan baik kegiatan adat maupun dalam penyambutan tamu yang datang. Tak jarang dalam tarian tersebut, sering sekali dibarengi dengan kebiasaan lompat batu.

Tradisi lompat batu dilakukan oleh seorang anak muda yang disebut Ono Matua Fotu Wusõ”. Ono Matua Fotu Wusõ adalah seorang anak muda yang kuat dan tangkas, serta disegani. Kekuatan dan ketangkasannya, akan diuji dalam upayanya untuk bisa melompati setumpuk batu yang disusun setinggi ± 2,5 m. Untuk melompati batu yang telah disusun tersebut, ia dibantu dengan sebuah batu yang diletakkan di samping tumpukkan batu yang akan dilalui menjadi batu tolakannya. Jika seorang anak laki-laki yang mampu melompati tersebut, ia akan dinamakan Ono Matua Fotu Wusõ sebagai bagian dari kedewasaan dalam masyarakat adat.

Tradisi lompat batu yang menjadi lambang seseorang dewasa dalam masyarakat adat, tidak lain halnya dengan kedewasaan iman yang mampu melewati berbagai cobaan iman. Kedewasaan iman seseorang akan terbukti ketika ia mampu untuk melewati berbagai cobaan dan godaan. Yesus sendiri dicobai iblis sebanyak 3 kali, untuk menunjukkan kekuatan dan ketangkasan iman-Nya (Matius 4:1-11). Demikianlah manusia yang senantiasa diuji imannya oleh Allah.

Manusia juga yang percaya kepada Allah, setiap saat menghadapi yang namanya pencobaan. Akan tetapi, pencobaan yang dialami kadang kala menjadi pemutus semangat dan pengharapan. Mesti diingat bahwa, Allah senantiasa memberikan cobaan kepada orang yang percaya kepada-Nya, seturut kekuatannya. Allah tidak menghendaki manusia jatuh ke dalam pencobaan, tetapi Allah mau melihat sejauh mana iman dan kepercayaan manusia itu kepadanya.

Tradisi lompat batu memberikan satu perjuangan yang menggunakan batu yang berada di samping tumpukan batu yang akan tiloncati sebagai titik tolak dan sumber kekuatan besar untuk melompat. Dengan menginjakkan kaki di bati kecil tersebut, ia dimampukan untuk melompati batu yang besar. Dalam menginjakkan kaki inipun, kita juga sangat diharapkan untuk tangkas dalam menempati kaki.

Cobaan yang sering dialami ibarat batu yang berada di samping cita-cita yang akan dicapai. Hendaklah setiap cobaan tersebut dijadikan sebagai suatu batu loncatan untuk terus berjuang dan bersemangat hingga pada akhirnya kita disebut sebagai seorang yang beriman teguh seperti Ono Matua Fotu Wusõ yang mampu melompati tumpukan batu yang tinggi (Matius 10:16). Selanjutnya dalam menghadapi cobaan tersebut, diharapkan kebijaksanaannya. Bijak dalam artian tidak lebih dahulu mengganggap bahwa cobaan adalah akhir dari segalanya, melainkan awal dari perjuangan yang perlu hati-hati. Akhirnya ada pepatah mengatakan: “kalau pahit, jangan cepat dimuntahkan dan kalau manis, jangan cepat ditelan”.

*** Sekian & Terimakasih ***

Categories:


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar