Just another free Blogger theme

Website ini memuat Tulisan, Refleksi, Katekese, dan Renungan dari Katekis Ingatan Sihura. Website ini kemudian merupakan bagian dari memaksimalkan media yang ada menjadi sarana pewartaan. Semoga bermanfaat. Ya'ahowu!

13/07/2022

Di dalam Gereja Katolik, dikenal dua istilah yakni Hierarki dan Awam. Hierarki adalah orang-orang khusus yang ditahbis untuk menjalankan tugas-tugas melayani Sakramen-sakramen dalam Gereja. Mereka juga melaksanakan kewajiban selibat dan mengucapkan kaul dalam kongregasi, tarekat atau ordo, sebagaima diatur dalam konstitusi atau statutanya. Istilah yang kedua adalah Awam. Awam adalah mereka yang tidak memperoleh pengurapan khusus untuk tugas-tugas liturgi. Dua istilah inilah yang pada akhirnya menjadi dasar Kostruksi kesatuan Gereja Katolik. Selain itu, dalam pelaksanaannya, kedua istilah itu memiliki perannya masing-masing yang secara fundamental saling mendukung satu sama lain.

Ilustrasi Awam [sumber foto kevikepandiy.org]

Dalam sejarah perkembangan Gereja, peran awam tidak dapat disangkal. Peran awam sebagai warga Gereja, memberikan kontribusi tersendiri dalam memajukan dan mengembangkan Gereja demi Kerajaan Allah. Peran ini seterusnya disadari sebagai hal penting oleh para Bapa Konsili serta patut untuk disyukuri, sebagaimana tercantum dalam dokumen Konsili Vatikan II.

Sebab para Gembala Gereja betul-betul memahami, betapa besar sumbangan kaum awam bagi kesejahteraan seluruh Gereja. Para Gembala mengetahui bahwa mereka diangkat oleh Kristus bukan untuk mengemban sendiri seluruh misi penyelamatan Gereja di dunia. Melainkan tugas mereka yang mulia yakni: menggembalakan Umat beriman dan mengakui pelayanan-pelayanan serta kurnia-kurnia (karisma) mereka sedemikian rupa sehingga semua saja dengan cara mereka sendiri sehati-sejiwa bekerja sama untuk mendukung karya bersama. Sebab mereka semua wajib “menjalankan kebenaran dalam cinta kasih, dan dalam segalanya bertumbuh dalam Kristus, yakni Kepala kita: dari pada-Nya bertumbuhlah seluruh tubuh, guna membangun diri dalam cinta kasih, dipersatukan dan di hubungkan dengan segala macam sendi-sendi, yang harus melayani keseluruhannya sekedar pekerjaan yang sesuai dengan tenaga masing-masing anggota” (LG 30)

Awam yang disebut sebagai orang biasa, atau yang bukan rohaniawan, membentuk satu kekhasan keduaniawian awam yang disebut sekular. Inilah yang merupakan kekhasan awam, yang menjalankan segala kegiatannya, baik dalam lingkungan Gereja maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dari kekhasan ini pula, awam kemudian dipanggil untuk menyucikan dunia ini.

Sebelum digaungkannya Konsili Vatikan II, awam sering sekali dinomorduakan dalam seluruh kegiatan kerohanian dalam Gereja. Dijadikan menjadi nomor dua, awam dalam Gereja disebabkan oleh pemahaman dasar kata “awam” sendiri yang dimaknai sebagai “tidak adanya kapasitas dan kompetensi khusus dalam hal pelayanan Gereja, apalagi bukan sebagai rohaniawan”. Hal ini menjadi nyata ketika adanya pernyataan bahwa awam hanya memikirkan dan mengurusi hal-hal duniawi saja. Hal ini akhirnya menjadikan awam sebagai objek yang taat dan tunduk kepada hierarki dan membentuk satu piramidal kekuasaan. Akibat dari kurang adanya pengakuan awam ini, menjadikan peran serta awam semakin tidak nampak dalam Gereja.

Lewat Dokumen Konstitusi Dogmatis tentang Gereja (Lumen Gentium), disadari bahwa sebagai satu kesatuan Umat Allah, awam memiliki dan memegang peranan penting dan utama dalam pengembangan dan pertumbuhan Gereja. Dengan sifat keduniawiannya, ia dipanggil untuk mengurusi hal-hal duniawi dan mengaturnya seturut kehendak Allah (LG 31). Dengan ini, awam mendapat perhatian untuk lebih berperan aktif atau diharapkan untuk ikut serta dan bergandengan tangan dengan kaum hierarki dalam mengembangkan Gereja.

Awam memiliki ciri khas yang secara khusus dipanggil untuk mengurusi segala kegiatan duniawi dengan mengurusinya sesuai dengan semangat injil. Hal ini diwujudkan dalam tugasnya sebagai (1) Imam umum, dimana awam berperan melalui  keikutsertaannya dalam perayaan ibadat dan sakramen-sakramen. Keterlibatan awam sebagai imam umum, menghantar kaum awam dalam pengudusan dunia ini, dalam doa, baik untuk sesama dan sekitar. Peran awam sebagai (2) Nabi ditunjukkan dalam kegiatan yang dilakukan bukan hanya dengan perkataan melainkan dibarengi dengan kata dan tindakan dalam keluarga, dan lingkungan masyarakat. ketrlibatan ini lebih dekat dikenal dengan kata pengajaran yang dibarengi dengan perbuatan. Peran serta awam sebagai (3) raja tertuju kepada peran awam juga yang turut bertanggungjawab dalam mengembangkan Kerajaan Allah di dunia ini, dengan menampakkan wajah Kristus dalam keluarga, masyarakat, komunitas keagamaan maupun sebagai warga negara. Peran ini lebih dekat bisa dikatakan dengan kepemimpinan, baik untuk memimpin diri sendiri, keluarga, maupun tugas dan tanggungjawab memimpin organisasi atau sebutan lainnya. Pada akhirnya, awam menjadi (4) partner hierarki (rekan kerja) yang dalam melaksanakan kegiatan pengembangan Gereja. Awam sangat diharapkan untuk turut memberi kontribusi pemikirannya dalam menghantar para hierarki kepada umat. (bersambung…)

Oleh Kat. Ingatan Sihura, S.Ag.

Sumber: Dokumen Konsili Vatikan II dan beberapa sumber lain.

Categories:


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar