Just another free Blogger theme

Website ini memuat Tulisan, Refleksi, Katekese, dan Renungan dari Katekis Ingatan Sihura. Website ini kemudian merupakan bagian dari memaksimalkan media yang ada menjadi sarana pewartaan. Semoga bermanfaat. Ya'ahowu!

21/03/2022

Pengantar.

Pendidikan pada dasarnya menjadi bagian penting dalam kehidupan setiap orang. Sudah barang tentu, orang yang ingin berkembang akan mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Dengan demikian, pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan setiap insan yang  ingin berkembang. Walaupun demikian, tidak jarang juga ada saja yang merasa pendidikan itu hanyalah untuk menghabis-habiskan waktu terlebih uang saja.

Terlepas dari itu semua, pendidikan didapatkan bukan hanya dibangku sekolah saja atau yang sering disebut sekolah pendidikan formal. Pendidikan juga dapat diperoleh dari kehidupan harian atau yang sering disebut pendidikan non-formal. Pendidikan itu sendiri sering dikatakan menjadi “keseharian kita”. Hal ini membuktikan apa yang dikatakan bahwa pendidikan itu adalah “proses bergaul” yang kemudian proses bergaul inilah seseorang diajari untuk berbagai hal. Maka tidak heran jika selalu dikatakan bahwa pendidikan itu merupakan proses dimana orang “dewasa” meololong untuk mendewasakan orang yang belum dewasa. Dewasa dalam hal ini adalah soal wawasan dan pengetahuan.

Usaha yang dilakukan dalam dunia pendidikan merujuk kepada 3 hal besar, yakni: IQ (Intellectual Quotient) yang berarti taraf kecerdasan intelektual; EQ / EI (Emotional Intelligence) yang berarti kecerdasan emosi; dan SQ / SI (Spiritual Intelligence) yang berarti kecerdasan rohaniah atau spiritual. Semua ini dilakukan dalam dunia pendidikan baik di sekolah formal maupun non-formal. Rekoleksi ini menjadi bagian dari pengembangan pendidikan non-formal yang juga membantu dalam proses pembentukan ketiga hal ini.

Foto bersama di depan salib [Foto Dokumentasi]

Hal-hal Yang Didapatkan Dari Dunia Pendidikan.

Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk memanusiakan manusia. Memanusiakan manusia dalam hal ini adalah untuk menjadikan seseorang tersebut dewasa dalam hal pengetahuan dan wawasan. Pengetahuan dan wawasan inilah yang kemudian dapat dibawa dan diaplikasikan dalam kehidupan harian.

Hal-hal yang didapatkan dari dunia pendidikan dan dapat dibawa kedalam perjalanan kehidupan adalah (1) membaca, (2) menulis dan (3) berhitung. Ketiga hal ini mulai didapatkan semenjak masuk kelas satu sekolah dasar (SD). Kegiatan ini kemudian semakin diasah hingga ke tingkat selanjutnya. Dalam proses selanjutnya, (4) pengetahuan umum mulai didapatkan. Pengetahuan umum ini juga dapat dibawa ke kehidupan harian, walaupun kadang kala banyak juga yang lupa. Hingga mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, tinggallah (5) pola pikir yang dimaksimalkan sesuai dengan jurusan yang ditekuni.

Pendamping rekoleksi: Kat. Ingatan Sihura, S.Ag.  [Foto Dokumentasi]

Berbanding dengan sharing siswa, hal-hal yang didapatkan dari dunia pendidikan dan dapat dibawa kedalam perjalanan kehidupan adalah: (1) Mendapatkan ilmu pengetahuan. Hal ini dikatakan oleh 15 orang dari 24 orang. (2) Perubahan diri. Hal ini dikatakan oleh 6 orang dari 24 orang. (3) Tidak mendapat apa-apa atau biasa saja. Hal ini dikatakan oleh 4 orang dari 24 orang. (4) Teman. Hal ini dikatakan oleh 2 orang dari 24 orang.

Dari sharing ini bisa dilihat bahwa siswa-siswi yang sudah sampai di bangku SMA/K sudah bisa merasakan adanya hasil dari pendidikan yang telah dilewati dan yang bisa dibawa dalam kehidupan harian. Mulai dari adanya ilmu pengetahuan yang bisa diaplikasikan dalam hidup harian, hingga kesadaran akan perubahan diri. Namun, tidak dapat disangkal juga bahwa masih ada saja siswa yang hanya menjadikan sekolah sebagai tempat pelarian dan kesempatan mencari teman. Hal ini menjadi “PR” tersendiri bagi para tenaga pendidik dalam merubah pola pikir semacam ini. Salah satu cara mengubah ini adalah dengan adanya semacam cara atau kiat yang bisa memancing daya juang dari siswa.

 

Kiat Sukses Dalam Dunia Pendidikan

Setiap orang yang sukses dalam dunia pendidikan, sudah barang tentu memiliki kiat-kiat tersendiri dalam menggapai impiannya. Namun dibalik semua kiat tersebut, ada kiat dasar yang sangat perlu disadari oleh setiap orang yang akan mengenyam pendidikan. Kiat tersebut antara lain:

  1. Sering membaca. Membaca adalah suatu pekerjaan yang sangat mudah jika dilaksanakan dengan hati. Namun terasa sangat membosankan jika dilakukan dengan asal-asalan. Orang yang sering membaca, ia memiliki banyak pengetahuan, sebab buku adalah jendelanya dunia. Buku juga memiliki sikap yang lembut dan bisa diperlakukan sesuka hati. Hal ini sebagaimana sering dikatakan bahwa “buku adalah guru yang tidak pernah marah”. Selebihnya, orang yang sering membaca buku, ia memiliki banyak perbendaharaan kosa kata yang tentunya sangat membantunya dalam proses menyampaikan ide atau berbicara di depan umum bahkan untuk menuangkan isi pikirannya dalam bentuk tulisan.
  2. Sering menulis. Jika membaca adalah langkah pertama, maka menulis adalah langkah kedua. Jika dalam membaca orang hanya membaca satu kali, maka ketika menulis ia sudah membaca dua kali. Jika membaca masih memiliki ketergantungan dengan ide orang lain, maka menulis adalah proses kemandirian yang memampukan seseorang untuk menuangkan idenya sendiri.
  3. Sering berbicara. Yang dimaksud sering berbicara di sini bukan berarti cerewet atau ribut. Sering berbicara di sini adalah menyampaikan idenya secara berkata-kata. Jika langkah pertama membaca dan langkah kedua adalah menulis, maka berbicara adalah langkah ke tiga. Orang yang sering membaca, dan dilanjutkan dengan sering menulis, bicaranya sudah jelas teratur. Jika orang yang menulis sudah mulai bisa mengungkapkan ide lewat tulisan, orang yang berbicara sudah dimampukan untuk menyatakan ide tersebut lewat keyakinan dan memiliki kekuatan untuk mempengaruhi orang lain. Di langkah ketiga ini, orang sudah bisa dikatakan mampu untuk menggurui yang lain atau lebih tepatnya dewasa dalam ilmu dan pengetahuan. Lewat berbicara juga orang tentunya berbarengan dengan pola pikir yang jelas.
  4. Memaksimalkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) yang ada di sekitar. Untuk memaksimalkan ketiga kiat sebelumnya, memaksimalkan Iptek yang ada saat ini juga sangatlah membantu. Lewat perkembangan Iptek, pekerjaan menjadi semakin mudah. Mulai dari mencari bahan bacaan, sarana menulis, hingga proses publikasi atau dialog dengan dunia lain atau orang lain.
  5. Evaluasi. Keempat kiat sebelumnya haruslah berending di evaluasi. Jika tidak dapat dievaluasi, seluruh kiat sebelumnya hanyalah berupa pekerjaan yang berlalu begitu saja. Lewat evaluasi, orang dapat mengubah kesalahan menjadi batu loncatan untuk menjadi lebih baik dan kelebihan yang didapat sebelumnya mampu menyemangati kegiatan selanjutnya. Mendapat umpan balik dari kegiatan yang sudah dilaksanakan menjadikan seseorang bisa beralih dari tingkat terendah hingga ketingkat selanjutnya dan bahkan hingga sukses.

 Kelima kiat yang telah diuraikan diatas, sungguh menjadi sebuah mimpi yang indah jika tidak dibarengi dengan kedisiplinan. Kedisplinan menjadi tonggak pengarah, mulai dari kedisplinan dalam membagi waktu, hingga kedisplinan diri.

Jika kelima kiat diatas dibandingkan dengan sharing siswa, mereka justru mengatakan bahwa kiat untuk suses adalah (1) Tetap berusaha. Hal ini dikatakan oleh 20 orang dari 24 orang. (2) Tetap membahagiakan orang tua. Hal ini dikatakan oleh 4 orang dari 24 orang. Kiat yang dikatakan oleh para siswa ini sungguh sangat mengena, jika usaha tersebut dasarkan pada kelima kiat diatas dan dibarengi oleh kedisiplinan yang kuat. Namun dirasakan juga bahwa usaha tersebut tidak terlepas dari dukungan terutama orang tua dan tentunya berkat Tuhan.

 

Memimba Inspirasi Dari Sabda Tuhan untuk Sukses Dalam Dunia Pendidikan

Usaha dari manusia menjadi lebih lengkap jika diserahkan dalam penyelenggaraan ilahi. Nasihat dari guru hikmat dalam kitab Amsal mengatakan bahwa “Permulaan Pengetahuan adalah Takut Akan Tuhan” (Amsal 1:7). Takut akan Tuhan bukan berarti harus bersembunyi, melainkan senantiasa menyerahkan seluruh rencana dan perjuangan dalam penyelenggaraanNya. Ia senantiasa memberkati orang yang berusaha. Sebab orang yang tetap berusaha senantiasa mendapatkan berkat yang melimpah dalam hidupnya (bdk. Amsal 10:4).

Pemimpin Ekaristi P. Marcellus Sihura, OFMCap. [Foto Dokumentasi]

Ketaatan dan kepatuhan kepada Tuhan, tidaklah hanya semata-mata kepada Tuhan yang tidak kasat mata itu. Tuhan yang tampak kasat mata itu adalah Orang tua di rumah dan juga Guru di sekolah. Itu berarti kepatuhan kepada Tuhan dinyatakan lewat kepatuhan kepada orang tua di rumah dan guru di sekolah. Kepatuhan ini menjadi nyata dalam hal mengikuti perintah dan menjauhi larangan yang telah dikatakan oleh orang tua di rumah dan guru di sekolah.

Amsal 4:1-9 sungguh memberikan bagaimana kiranya seorang anak yang berjuang. Anak yang berjuang itu senantiasa mendengarkan didikan, mengikuti petunjuk, hingga tetap memperhatikan apa yang menjadi laranngannya. Mesti diyakini bahwa jika dapat melakukan itu semua, hikmat dan kebijaksanaan itu akan tetap berpihak kepadamu.

 

Penutup

Pendidikan adalah suatu usaha untuk menjadikan orang lebih baik dari sebelumnya. Usaha tersebut tidaklah datang hanya dari pihak yang mengajari, melainkan usaha dari orang yang ingin menggapainya. Usaha ini harus senantiasa dibarengi dengan kiat-kiat jitu untuk mempermudahnya. Namun tidak boleh dilupakan bahwa takut akan Tuhan adalah awal dari semuanya itu. Tentunya, Tuhan yang ditakuti itu hanya yang tidak kasat mata, melainkan mengikuti nasehat dari Tuhan yang kasat mata, yakni orang tua di rumah dan guru di sekolah.

Usaha untuk menjadi sukses dalam dunia pendidikan juga harus senantiasa dibarengi dengan niat yang kuat. Diantara 24 orang siswa, 9 orang mau menunjukkan niatnya dengan jelas sementara 13 orang lainnya masih mau menyembunyikan niat tersebut. Hal ini masih membuktikan bahwa masih banyak siswa yang belum mampu menyatakan niat yang sesungguhnya. Hal ini juga masih menjadi misteri yang perlu dipecahkan. Sikap seperti ini bisa saja bertolak dari kesadaran siswa akan kemampuan ekonomi orang tua hingga kesiapan akan pembinaan yang maksimal. Akhir kata: “Mari kita mulai lagi, kita belum terlambat”. Selamat berjuang untuk menggapai mutiara itu di hidup anda. Salam.

 

*  Tulisan ini merupakan bahan yang disampaikan dalam rangka rekoleksi Siswa-Siswi Katolik dari SMK Negeri 1 Idanogawo dan hasil sharing pengalam dari Siswa-Siswi.

 

Disusun Oleh: Kat. Ingatan Sihura, S.Ag.

 

Daftar Bacaan:

Kitab Suci Katolik Ende: Arnoldus, 2002

M. Hamma Robert, Seni Berproses Dalam Krisis Jakarta: Obor, 2002

Moi Alberto A. Djono, Dari Empati Sampai Kemurahan Hati Kunci Menemukan Kebahagiaan Hidup Malang: Dioma, 2008

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar.

Wibowo Dwi Edi, dan Fuadi Ahmad, (ed) Pengantar Ilmu Pendidikan Riau: Dotplus Publisher, 2021

Wiharjokusumo Padriadi, Rahasia Sukses Membangun Mental Bandung: CV. Media Sains Indonesia, 2020

 

Dokumetasi Lainnya:

Kerjasama menyusun puzzel [Foto Dokumentasi]

Regu pertama yang berhasil menyusun puzzel [Foto Dokumentasi]

Keceriaan memindahkan tepung [Foto Dokumentasi]

Keceriaan bersama [Foto Dokumentasi]

Perjalanan menuju lokasi outboand [Foto Dokumentasi]

Lokasi outboand [Foto Dokumentasi]

Saat Perayaan Ekaristi [Foto Dokumentasi]

Saat Perayaan Ekaristi [Foto Dokumentasi]

 

Categories:


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar