Ya’ahowu!
Berbicara soal salam sudah barang tentu berbeda-beda di setiap daerah. Perbedaan terjadi bukan karena disengajai atau dibuat supaya tampil beda dari yang lainnya. Akan tetapi perbedaan itu tampil karena salam tersebut diangkat dari bahasa daerah setempat. Walaupun demikian, salam tersebut tentunya memiliki berbagai macam makna yang bisa bermuatan filosofi, budaya dan kearifan lokal daerah masing-masing.
Salah satu salam yang muncul dan yang sudah dikenal dimana-mana adalah dari daerah kepulauan Nias. Di pulau Nias terkenal salam dalam bahasa daerah Nias adalah “Ya’ahowu!”. Salam “Ya’ahowu!” dengan mudah didengar ketika sesama orang Nias bertemu atau dalam penampilan sorang yang berasal dari daerah Nias di setiap pertemuan. Salam ini diucapkankan oleh seseorang ketika memulai dan mengakhiri pertemuan atau perjumpaan dengan orang lain. Salam ini juga bisa disampaikan saat memulai dan mengakhiri pembicaraan di depan orang banyak.
Salam “Ya’ahowu!” yang terdengar spontan dan hanya terdengar terdiri dari satu kata ini, sebenarnya memiliki makna yang cukup luas. Kata “Ya’ahowu!” terdiri dari dua suku kata besar yaitu: “ya’a” dan “howu”. “ya’a” bisa lagi dipecah lagi menjadi dua suku kata yakni “ya” yang berarti “semoga/kiranya” dan “a” yang berarti “makan”. Kata “ya” merupakan kata yang menyatakan setuju atau memastikan atau memberi penekanan terhadap sesuatu. sedangkan Kata “a” yang yang hanya terdiri dari satu huruf ini dapat bermuatan perintah sekaligus kata kerja. Kata “howu” sendiri dapat berarti “umbut” (ujung batang kelapa yang masih muda dan lunak serta dapat dimakan) dan “karat” (lapisan yang menempel di sebatang besi yang bisa membuat besi rusak atau bahkan hancur).
Ketiga suku kata tersebut jika disatukan secara harafiah dapat ditarik benang merah bahwa salam “Ya’ahowu” tersebut memiliki arti “semoga dapat dimakan howu tersebut”. Dari sinilah muncul bahwa suku kata dalam bahasa Nias tersebut dapat bermakna ganda. “Semoga dapat dimakan howu” yang berarti memakan makanan yang enak, bersih, dan tanpa harus dimasak dan atau “Semoga dapat dimakan howu” yang berarti makanlah itu karat. Di sini bisa dilihat bahwa satu salam “Ya’ahowu!” dapat bermuatan kebaikan atau berkat serta dapat juga bermuatan keburukan atau bahkan kutukan. Hal ini juga menunjukkan karakter orang Nias yang kalau baik bersahabat dan kalau buruk dapat bentrok.
Walaupun pengertian harafiah diatas telah diuraikan, namun kata “howu” tidak hanya berhenti sampai disana saja. Kata “howu” juga memiliki padanan kata yakni “howuhowu” yang berarti berkat. Padanan kata ini kemudian memberi sumbangsih yang lebih luas terhadap salam “Ya’ahowu!” yang merujuk kepada kebaikan dan berkat. “Ya’ahowu! berarti semoga engkau diberkati.
Selain pengertian kata yang harafiah, salam “Ya’ahowu!” juga dibubuhi dengan penggunaan tanda baca apostrof atau yang lebih dikenal aksen (‘) di tengah dan tanda seru (!) di akhir. Penggunaan tanda baca ini bukan hanya kebetulan saja. Akan tetapi penggunaan tanda baca ini juga menunjukkan sesuatu makna yang khas. Penggunaan tanda aksen (‘) diantara kata tersebut mau menunjukkan keseriusan atau pengungkapan kata yang berasal dari hati terdalam. Sementara penggunaan tanda seru (!) di akhir kata lebih merujuk kepada ketegasan pengucapan salam tersebut. Pengucapan salam “Ya’ahowu!” ini haruslah dari hati dan dengan penuh semangat.
Penggunaan kata “Ya’ahowu!” ini bukan hanya berangkat dari budaya Nias saja. Akan tetapi penggunaan kata ini juga dibarengi dengan kehidupan rohani orang Nias. Orang Nias juga sering memberi berkat kepada orang lain. Howuhowu yang berarti berkat juga senantiasa disampaikan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Ya’ahowu ndra’ugõ ba lala (Semoga engkau diberkati dalam perjalanan); Ya’ifahowu’õ ndra’ugõ So’aya (Semoga Tuhan Memberkatimu).
Sebagai suatu khasanah kehidupan rohani orang Nias, kata “Ya’ahowu!” kemudian digunakan dalam penerjemahan Kitab Suci Bahasa Nias (Sura Ni’amoni’õ atau buku Ni’amoni’õ). Dalam penerjemahan Kitab Suci ke dalam bahasa Nias, beberapa suku kata diterjemahkan dengan memakai kata “Ya’ahowu!”. Contoh kata yang paling jelas adalah kata “berbahagia” dalam Matius 5:1-12. Berbahagialah orang yang miskin …. Diterjemahkan dalam bahasa Nias, Ya’ahowu zinumana tõdõ …. dst. Penggunaan kat “Ya’ahowu di sini sungguh menunjukkan bahwa budaya Nias bukan hanya sebagai satu kebiasaan adat saja namun juga sebagai suatu kekayaan rohani.
Pada akhirnya, salam “Ya’ahowu!” merupakan salam khas kebanggaan orang Nias. Tidak hanya sampai di situ saja. Penggunaan kata “Ya’ahowu!” harus diberengi dengan sebutan “ono niha” (anak manusia). Penamaan Pulau Nias sendiri berangkat dari sebutan Hulo Tano Niha (Pulau Tanah Manusia). Jadi pemberian penjelasan akan kata “Ya’ahowu!” harus senantiasa dibarengi dengan sebutan kekhasan “Ono Niha”. “Ya’ahowu! Salam adalah khas Ono Niha.” Dengan sebutan ini, sekaligus menunjukkan jati diri orang Nias itu sendiri. Ya’ahowu!
Sumber bacaan:
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008
Gea, Silvester Detianus dan Zebua, H. Lisman B. S. Mengenal Budaya dan Kearifan Lokal Suku Nias Bekasi, Yakomindo, 2018
Hammerle, Johannes M. Asal Usul Masyarakat Nias Suatu Interpretasi Gunungsitoli: Yayasan Pusaka Nias, 2015
Hammerle, Johannes M. Kenali Asal Usulmu Gunungsitoli: Yayasan Pusaka Nias, 2021
Herimanto dan Winarno, Ilmu Sosiala & Budaya Dasar Jakarta: Bumi Aksara, 2013
Soera Gamaboe’oela Li Si Bohou Jakarta: [Tanpa Penerbit], 1952
Zebua, H. S. Kamus Sederhana Bahasa Daerah Nias Indonesia Gunungsitoli, UD. Harapan, 1996
0 comments:
Posting Komentar