Just another free Blogger theme

Website ini memuat Tulisan, Refleksi, Katekese, dan Renungan dari Katekis Ingatan Sihura. Website ini kemudian merupakan bagian dari memaksimalkan media yang ada menjadi sarana pewartaan. Semoga bermanfaat. Ya'ahowu!

18/02/2022

Setiap kali menerima sesuatu dari orang lain, sudah barang tentu diucapkan terima kasih. Ucapan terima kasih merupakan suatu bentuk rasa syukur setiap orang atas pemberian orang lain. Rasa syukur ini pada akhirnya menjadi umpan balik dari orang yang menerima.

Di daerah Ono Niha atau Pulau Nias, rasa syukur seseorang akan pemberian orang lain disampaikan dengan ucapan SAOHAGÕLÕ. Ungkapan saohagolo secara umum diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi TERIMA KASIH. Namun jika ditanya, apakah ungkapan saohagolo memang memiliki arti terima kasih? Hal ini bisa dijawab “ya” karena itulah terjemahan yang bisa diterima secara umum. Hal ini juga bisa dijawab “tidak” karena jika dilihat sumber katanya, pengertiannya jauh berbeda. Oleh karena itu dapat dipertanyakan, apa yang terkandung sebenarnya dalam kata saohagõlõ itu sendiri sehingga bisa disamakan menjadi terima kasih?

Secara cepat penulis dengan berani mengatakan bahwa ucapan saohagõlõ merupakan satu bentuk ungkapan budaya Ono Niha. Hal ini sama dengan ungkapan “MAULIATE” dari daerah Batak yang juga sering diartikan menjadi terima kasih. Jadi, ungkapan saohagõlõ menjadi ungkapan budaya Ono Niha karena ungkapan tersebut hanyalah berlaku untuk dan dimengerti oleh Ono Niha.

Ungkapan saohagõlõ jika dilihat dengan lebih cermat, itu terbentuk dari dua suku kata Nias. Kedua suku kata tersebut adalah “saoha” atau “aoha” (ringan) dan “gõlõ” atau “õlõ” (hasil usaha; jasa karya; hasil kerja; penghasilan). Jika kedua pengertian suku kata ini digabungkan, maka secara cepat dapat ditarik pengertian saohagõlõ menjadi “keringanan dari seseorang akan hasil karya atau jasanya untuk dipergunakan oleh orang lain”.

Dari pengertian kata saohagõlõ tersebut di atas, sebenarnya bisa disimpulkan bahwa kata saohagõlõ tersebut belum begitu pas jika diterjemahkan menjadi kata terima kasih. Kata terima kasih sendiri jika diartikan secara harafiah ke dalam bahasa Nias bisa menjadi: “terima” (tema) dan “kasih” (be’e). Dari pengertian suku kata tersebut, kata terima kasih diartikan menjadi: “setelah menerima, hendaknya juga memberi”.

Dari kedua pengertian tersebut diatas tentu kita kembali bertanya: mengapa akhirnya kata saohagõlõ tersebut dapat diterima untuk diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia menjadi terima kasih? Untuk menjawab ini penulis memberanikan diri untuk lihat permulaan munculnya kata saohagõlõ ini seturut dengan pengalaman yang sering dialami.

Haruslah disadari bahwa sifat Ono Niha atau orang Nias adalah keras dan mudah tersinggung. Jika pemberiannya tidak disambut, maka itu bisa menjadi awal “dendam kesumat”. Atau jika tidak tahu berterima kasih, ini menjadi awal dari kewaspadaan bahwa pemberian tersebut dicurigai. Dari sifat yang dimiliki ini, ungkapan saohagõlõ bisa dilihat menjadi satu bentuk kata tanya yang disampaikan kepada pemberi untuk memastikan pemberian tersebut. Hadia saohagõlõu wame’e da’e? (apakah anda memberi ini dengan ikhlas hati?) Hal ini tampak ketika penerima mengucapkan saohagõlõ, orang yang memberi kembali menyahut saohagõlõ.

Sekaitan dengan kecurigaan ini, Ono Niha memiliki falsafah: Mate Baladra bõrõ wasuwõta, mate Gehai bõrõ harato soya, mate i nono niha, bõrõ nahõnahõ dõdõ soya (Belanda mati karena perang, Orang Cina mati karena kekayaan yang melimpah, Ono Niha atau Orang Nias mati karena kecurigaan yang luar biasa).

catatan:

Artikel ini pernah dimuat di website kompasiana.com:

https://www.kompasiana.com/ingatan44910/60d1ffd5bb44860e1227b202/sohagolo-budaya-terima-kasih-ono-niha

Kembali ditampilkan dalam blog ini sebagai arsip.

Categories:


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 comments:

Posting Komentar